Rabu, 24 Agustus 2016

diam diam suka

Namaku Angela Garavani S. Aku akrab dipanggil Angel. Ceritaku ini berawal dari aku duduk di bangku SMP. Aku sekolah di SMPN 1 CIKARANG UTARA.
Aku mempunyai 2 sahabat yang sangat baik padaku. Namanya Ayu Wastia Linggamara, teman-teman sering memanggilnya Mara, tapi aku lebih suka memanggilnya Ayu. Ayu adalah seorang cewek yang bisa dipercaya, baik, cantik, tinggi, pintar di bahasa inggris dan humoris. Satu lagi sahabatku namanya Aprillia Winda Lestari, teman-temannya sering memanggilnya Winda, tapi aku lebih suka memanggilnya April. April menurutku adalah seorang cewek tomboy, kalau ngomong suka ceplas-ceplos, baik, tinggi, cantik dan mudah tersinggungan.
April dan Ayu adalah sahabat baik ku dari kelas 7 sampai sekarang. April lahir tanggal 30 April 1999 dan Ayu lahir tanggal 28 April 1999 sedangkan aku lahir tanggal 22 Desember 1999. Mereka sudah aku anggap seperti saudara dan seperti kakakku, karena mereka lebih tua dari ku. Mereka selalu ada buat aku disaat suka maupun duka dan disegala suasana April dan Ayu selalu ada dan meluangkan waktunya buat aku.
Aku, April, dan Ayu selalu sekelas. Sekarang aku duduk di bangku SMP kelas 9. Aku, April, dan Ayu selalu sekelas dari kelas 7, 8, dan 9.
Sebenarnya Aku diam-diam suka sama yang namanya Ravian Noor Adhitama dan teman-temannya sering memanggilnya Tama. Tama adalah seorang anak dari Ibu Suratmi, seorang Ibu pengelola keuangan di SMPN 1 CIKARANG UTARA.
Menurutku Ibu Suratmi adalah seseorang yang baik dan ramah pada semua siswa/siswi di SMPN 1 Cikarang Utara, termasuk pada guru-guru yang lainnya.
Sebenarnya aku sudah memendam rasa ini dari aku kelas 7 dan sampai sekarang aku kelas 9, jadi aku sudah hampir 2 tahun memendam perasaan ini, tidak ada keberanian untuk mengungkapkan perasaan ini sama Tama. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh dan memperhatikannya juga dari kejauhan, seakan ada batas sebuah tembok beton raksasa yang menghentikan langkahku untuk mendekatinya. Aku seperti penggemar rahasia, mungkin sebutan itu yang cocok untukku.
Menurutku Tama adalah seseorang yang super jaim, cuek, jika bicara hanya seperlunya saja, jadi kalau ditanya hanya dijawab singkat.
Tama orangnya tinggi, putih, ganteng, cool, jago main futsal, baca al-quran, main musik, dan berkharisma.
Meskipun Tama orangnya super jaim dan cuek, Anehnya banyak yang naksir sama Tama, salah satunya aku gini nih.. Makanya aku nggak pernah mengungkapkan perasaanku sama Tama, Karena aku takut Tama malah jauhin aku.
Pada jam istirahat hari Senin, Aku dan teman-teman berkumpul sambil ngobrol-ngobrol di depan kelas. Dan kebetulan Tama dan teman-temannya juga sedang berkumpul di depan kelas temannya Tama yang cukup dekat dengan kelasku. Aku diam-diam curi-curi pandang pada Tama. Aku suka gayanya, tingkah lakunya, yang kadang humoris, pokoknya semuanya deh, walaupun sikapnya Tama yang dingin sama aku.
Tanpa aku sadari, ternyata sahabatku yang namanya Ayu, memperhatikanku dari tadi. Lalu Ayu bicara..
“Ngel, kamu suka ya sama si Tama?!” tanya Ayu
“Nggak kok” jawabku
“Ah masa sih? Jangan bohong deh..” dengan rasa tidak percaya
“Iya sih, aku memang suka sama Tama” jawab aku
“Tuh kan.. Bener dugaanku kalau kamu suka sama Tama” dengan wajah Ayu yang usil
“Iya tapi aku nggak yakin bisa dapetin Tama, sikapnya ke aku tuh dingin banget, Tama juga gak peka sama kode-kode yang aku kasih” dengan wajah Angel yang sedih
“Ya udah, aku bilangin yah.. biar Dianya peka sama kamu Ngel..”
“Ih.. jangan lah Ayu, aku takut Tama malah illfeel sama aku”
“Kalau kamu nggak bilang ke Tama, gimana Tama mau peka sama kamu Ngel”
“Udahlah jangan bilang-bilang sama Tama. Kamu rahasiain perasaan aku sama Tama ya..”
“Hufft.. ya udah aku rahasiain..” mengiyakan keinginan Angel
“Oke deh makasih ya Ayu..”
“Iya sama-sama Angela” jawab Ayu
Percakapanku dengan Ayu tiba-tiba terputus karena bel berbunyi tanda waktu istirahat sudah selesai. Kami segera masuk ke kelas.
Pada saat pelajaran Bahasa Indonesia sudah selesai dan bel istirahat telah berbunyi. Ayu dan April menghampiriku dan bicara padaku
“Ngel, ke kantin yuk!” ajak Ayu
“Nanti aja deh.. Aku masih ngerjain tugas yang tadi dikasih sama Bu. Dewi, soalnya aku belum selesai nih..” jawab angel
“Yaelah, woles aja kelas. Aku sama Ayu juga belum selesai kok” kata April
“Iya Ngel, Aku sama April juga belum selesai, kamu ngerjainnya dirumah aja. Kan tugasnya dinilainya minggu depan, kan masih lama Ngel” jawab Ayu
“Hmm, gak papa deh biar di rumah nggak terlalu banyak tugas, Aku ngerjainnya sekarang aja, kamu duluan aja ke kantin, aku mau di kelas aja sekalian ngerjain tugas dari Bu. Dewi” jawab Aku
“Ya udah deh, Aku duluan ya Angel, bye” jawab Ayu
Mereka segera meninggalkanku dan pergi ke kantin.
Aku sibuk dengan tugas bahasa Indonesia. Aku ingin Tugas bahasa Indonesianya cepat selesai. Aku tidak menghiraukan apapun yang ada di sekitarku. Saat aku sibuk ngerjain tugas. Tiba-tiba ada seseorang mendekat padaku dan berbicara pdaku.
“Angel, kamu mau ke kantin nggak? Kita makan bareng yuk! Aku traktir deh..”
Dalam hati aku bicara kalau “Aku seperti kenal dengan suaranya”
Pas aku lihat ke wajahnya, HAH! Aku kaget banget ternyata Tama yang ngajakin aku makan bareng di kantin. Saking gugupnya Aku melewatkan sekaligus menolak kesempatan yang tidak akan terulang kembali, padahal Aku nggak kepikiran sama sekali kalau Tama akan seperti ini padaku.
“Ng..Nggak.. Aku lagi nggak mau ke kantin, traktirnya kapan-kapan aja ya” dengan jawaban terbata-bata
“Oke deh, Aku ke kantin.. Bye Angel”
Dengan segera Tama meninggalkan ku dan langsung pergi ke kantin.
Haduh! Aku deg-degan banget waktu Tama ngajakin aku ke kantin, karena nggak biasanya Tama begitu. Mimpi apa Aku semalam, kok bisa ya Tama yang super Jaim dan dengan sikapnya yang dingin sama Aku. Tiba-tiba ngajakin Aku makan bareng di kantin dan pake acara ditraktir.
Meskipun Aku, April, dan Ayu sekelas tapi Tama nggak sekelas sama Aku. Padahal Aku berharap banget bisa sekelas sama Tama. Tapi kenyataannya berbeda. Aku sama Tama nggak pernah sekelas. Sekarang Tama kelas IX.5 sedangkan Aku, April, dan Ayu kelas IX.6 Aku sama Tama kelasnya memang bersebelahan tapi aku lebih suka kalau aku nggak sekelas sama Tama, karena kalau aku sekelas sama Tama sama aja deh soalnya tetap aja aku nggak bisa deket sama Tama karena sikapnya yang dingin ke setiap cewek termasuk Aku.
Hari demi hariku lewati, tidak ada perubahan semuanya berjalan seperti biasa masih dengan sikapnya yang cuek.
Seminggu telah berlalu, setelah pelajaran ketiga dan keempat selesai, dan bel istirahat pertama berbunyi. Ayu masih mengerjakan PR untuk pelajaran berikutnya karena Ayu belum selesai mengerjakan semua PR nya. Jadi Aku dan April istirahat duluan dan segera meninggalkan Ayu yang masih sibuk sama PR nya. Aku dan sahabatku April pergi ke DPR (Di bawah Pohon Rindang) disitu Aku dan April bercanda gurau sambil ngobrol-ngobrol yang kadang-kadang gak penting tapi suka diobrolin.
Saat Aku dan April sedang Asik bercanda gurau. Tiba-tiba April mendadak untuk ngobrolin Tama. April ngomong gini..
“Oia Ngel!” dengan wajah yang ingin memberi tahu kan sesuatu
“Apaan Pril?!” dengan agak penasaran
“Ngel, kamu tau nggak?”
“Nggak, emang apaan sih?!” Angel semakin penasaran
“Tadi yah, Eh kalo nggak salah kemarin Aku ngeliat si Tama makan bareng di kantin sama cewek cantik” menceritakan apa yang April lihat kemarin
“Ah masa sih?!” dengan jawaban kaget dan tidak percaya
“Iya seriusan Angel..” dengan meyakinkan Angel
“Kamu salah liat mungkin Pril” jawaban Angel masih dengan rasa tidak percaya
“Yaelah, nggak mungkin aku salah liat”
“Hmm, siapa? Siapa namanya, orangnya kayak gimana?” dengan rasa penasaran
“Kalo denger-denger sih namanya Viola, keturunan Korea”
“HAH! Viola?! Keturunan Korea?!” dengan wajah yang kaget
“Iya beneran Angela..”
“Kok bisa? Viola yang mana sih?” dengan kepo
“Itu loh, si cewek cantik keturunan korea yang jadi Primadona baru di sekolah namanya Viola” jelas April
“Ihhh… kok bisa sih? Kok Tama bisa sama Viola sih? Uh, Sebel deh!” dengan muka yang merah menahan kesal
“Mana ku tahu Ngel, Orang Aku juga kemarin nggak sengaja lihat mereka lagi makan bareng di kantin” jawab April
“Tapi kan..”
Percakapanku dengan April tiba-tiba terputus karena bel masuk pelajaran berikutnya segera dimulai. Lalu Aku dan April segera masuk ke kelas.
Sebenarnya Aku tidak menghiraukan yang April katakan tadi dan Aku pikir itu hanya sekedar angin lewat.
Dan beberapa hari kemudian pada jam istirahat. Ayu dan April menghampiriku dan bicara padaku..
“Ngel, ke perpus yuk!” ajak Ayu
“Mau ngapain ke perpus?” tanya Angel
“Mau minjem buku lah Ngel”
“Buku apaan?” Tanya Angel
“Aku mau minjem buku ekonomi buat ngerjain tugas besok” jawab Ayu
“Oh.. ya udah, kamu sama April aja ya kan udah ada April” jawab Angel
“Kenapa? Kan biar rame Ngel” jawab April
“Aku lapar mau makan dulu ke kantin” jelas Angel
“Oh iya deh.. Bye Ngel..”
Ayu dan April segera pergi ke perpus dan Aku segera pergi ke kantin.
Saat aku sampai di kantin tidak sengaja Aku melihat Tama sedang makan berdua dengan cewek cantik keturunan korea yang jadi primadona baru di sekolah, namanya Viola. Lalu aku segera meninggalkan kantin dan langsung pergi ke kelas dengan perasaan galau yang masih terasa dalam hatiku.
Sejak saat itu aku baru percaya dan sekaligus kecewa karena semua yang dikatakan April ternyata benar. Aku bingung ditambah lagi hatiku marah banget. Jujur, tanpa Tama sadari, Tama telah melukai hatiku dan perasaanku sehingga hidupku kehilangan arah tujuan dan membuat suram hidupku. Tapi cinta bertepuk sebelah tangan bukan berarti kiamat, akan tetapi adalah sebuah pengalaman yang harus dicarikan solusinya. Hingga akhirnya, mungkin aku harus pergi dan membuang perasaan ini dari hatiku dan menatap esok hari yang lebih cerah. Aku berusaha mengikhlaskan Tama untuk menjadi milik orang lain, dan Aku bertekad untuk mensudahkan rasa Diam-Diam Suka ku padanya.

Always Love You


“Eh, kalo lu enggak bangun lu bakalan nyesel! Cepet bangun sha!” Sisil mengguncang-guncangkan tubuh keisha.
“Iya, ini gua udah bangun. Kenapa?”
Sisil pun mulai memberitahu apa yang terjadi.
“Sampe kapan lu mau gini terus vin? Kasian keisha. Gua enggak bisa jaga rahasia ini lagi. Tolonglah vin! Keisha sayang sama lu!” Kata seorang wanita yang sedang berbincang dengan vino di kamar rumah sakit. Ya! Itu sisil. Dia mengetahui semua yang terjadi dengan vino. Selama ini sisil yang selalu memberitahu tentang keadaan keisha.
“Oke, kasih tau keisha! Kasih tau aja! Gua tau dia sayang gua. Gua cuma enggak mau dia ngabisin waktunya untuk ngurusin cowok penyakitan kayak gua!” Kata vino dengan nada sedikit meninggi.
“Maaf vin tapi gua udah enggak bisa jaga rahasia ini, besok gua bakal ngasih tau keisha” sisil meninggalkan kamar itu.
Vino hanya diam.
“Jadi vino kena kanker? Kenapa lu enggak bilang sil!” Kata keisha sambil menangis.
“Maaf sha, vino enggak ngebolehin gua ngaih tau lu.”
“Sekarang vino dimana? Anterin gua. Tolong sil, gua mau ketemu dia!”
Pintu terbuka…
Hening…
Hanya ada suara langkah kaki…
Tiba-tiba suara isak tangis wanita terdengar di kamar itu.
“Kamu jahat vin! Kamu jahat!” Tangis wanita itu semakin membuncah setelah melihat lelaki yang ia rindukan ada di hadapannya.
“Maaf” hanya itu yang bisa sang pria ucapkan.
“Untuk apa kamu sembunyiin ini, vin? Untuk apa?!” Kata keisha terisak.
“Aku sayang kamu! Masih selalu sayang kamu! Aku enggak nyesel sayang sama kamu, vin!” Lanjutnya
“Aku tau, sha. Aku cuma enggak mau kamu sibuk ngurusin cowok penyakitan kayak aku” jawab vino sedih.
“Karena aku sayang kamu. aku bakal ngelakuin apa aja, vin! Aku enggak bakal ngerasa disibukin atau bahkan ngasihanin kamu. Aku cinta sama kamu!”
“Makasih, sha. Kamu udah tulus sama aku. Aku juga sayang dan cinta sama kamu. Aku bakal lawan penyakit ini demi kamu dan demi kita. Love you. Love you. Always love you, sha.” Kata vino sambil menghapus air mata keisha.
“Always love you too, vin”

Jumat, 19 Agustus 2016

Cerpen : Cinta Photographer

Assalamualaikum..

Hai you alls! Yeahh!!! Alhamdulillah!! Malaysia menang! Tahniah Dato' Lee Chong Wei! Akhirnya! Berjaya mengalahkan Lindan. Mula-mula tu rasa tak yakin jugaklah kan sebab Lindan dapat kerja. But last-last tu taruh harapn yang tinggi juga. Bila akhirnya dapat mata terakhir tu. Terus menjerit! Hahaha! Superb arh Chong Wei! Berdebar gila tengok tadi. HAHAHA. 

Okay. Tak guna aku berleter panjang. Sebab mood aku baik gila hari ni. Aku sertakan cerpen baru. Mood cerpen dah kembali. Kahkah. Kbye.



“ Bro! Mana borang budak baru tu?”

Kalut Afiq mencari borang kerja budak baru yang akan masuk esok. Tak silap, dia dah letak atas meja ni. Habislah kalau hilang. Aduh!

“ Ni. Ada dekat aku.”

Bila dengar kawan dia kata macam tu. Barulah dia boleh menghembus nafas lega. Dia belek pula gambar-gambar yang dia telah tangkap. Kebanyakannya gambar pengantin. Dia tersenyum tersendiri. Asyik tangkap gambar pengantin je. Diri ni bila nak jadi pengantin pun tak tahu lah.

“ Bro! Kau sure nak ambil perempuan ni kerja dengan kita?” Soal Han kawan sekerja Afiq. Merangkap kawan baik dari kecil.

“ Ya. Lagipun hari tu aku tengok gambar-gambar yang dihantar kat aku boleh tahan. Dia ada bakat weh dalam photographer ni. so tak salah kan? Asyik lelaki je cari.”

Han tersengih. Bahu Afiq di tepuk perlahan.

“ Jangan sampai kau jatuh cinta sudah. Budak ni cantik gak.”

Afiq terdiam. Dijeling kawan baik dia tu.

“ Kau diam! Kang dengan kau aku pelengkung kot.”

Akhirnya Han meledakkan tawa. Si Afiq ni bukan boleh. Gurau kasar je yang dia tahu. Haih. Aku tak tahu lah budak baru tu boleh tahan ke tak dengan Afiq ni. mohon dia tabah lah.

**
Kakinya menapak perlahan ke studio yang dia dapat kerja itu. Sampai naik cemas jadinya. Bila dia sudah menapak masuk, dia dapat nampak dua orang lelaki sedang berbincang. Maybe hal kerja. Dia pula jadi kekok. Tak tahu nak buat apa.

“ Assalamualaikum.” Salam diberi.

“ Waalaikumussalam.”

Serentak mereka berdua menjawab salam dan menoleh ke arah pintu. Pemberi salam tadi menarik senyuman kecil bila dirinya diperhati. Kamera yang terletak pada lehernya itu dipegang erat. Dia gemuruh sebenarnya.

“ Awak ni Afiqah kan?” Soal Han dengan senyuman. Dia menapak ke arah Afiqah dengan membawa beberapa foto yang dicucinya sebentar tadi.

“ Erk. Ya saya.” Jawab Afiqah dengan sengihan.

Afiq pula masih berdiam diri. Matanya tidak lekang daripada memandang ke arah Afiqah. Entah kenapa hatinya tertarik. Dan dia macam kenal. Tapi, arh! Terus dia menoleh ke arah lain. Dah kenapa tengok budak tu lama-lama. Huh! Buang tabiat agaknya aku ni.

“ Awal awak datang hari ni.”

“ First day kerja kan? Mestilah kena awal.”

Afiqah memandang sekeliling studio kecil itu. Nampak cantik even warna dinding gelap. Maybe mereka suka berada dalam gelap. Kah!

“ Bagus. Saya suka disiplin awak. By the way, itu bos besar kat sini. Afiq.”

Afiqah kembali memandang ke arah Afiq. Tapi hampeh. Afiq tak pandang langsung ke arah dia. Asyik tunduk buat kerja je. Afiqah hanya membuat anggukan perlahan. Maybe bos dia sibuk.

“ Saya pula Farhan. Boleh panggil Han. Jom saya tunjukkan awak tempat kerja special untuk awak.”

Afiqah hanya mengikut langkah Han dengan rasa teruja. Tak sabar nak mulakan kerja. Bila mereka berjalan belakang Afiq, sempat jugalah Afiqah kerling apa yang Afiq buat. Rupanya Afiq tengah edit gambar pengantin. Afiqah tersenyum sendirian. Cantik. Pandai dia ambil.

“ Eh jap!”

Tiba-tiba Afiq bersuara. Niat Han nak bawa Afiqah ke dalam terbantut. Han menjeling Afiqah yang kelihatan blur tu sekilas.

“ Asal bro?”

Afiq menoleh ke arah mereka berdua. Tapi dia tajamkan pandangan pada Afiqah. Serius saja riak mukanya. Afiqah terteguk air liur saat mendapat renungan tajam tu. Garangnya bos aku ni.

“ Dalam studio ni ada banyak peraturan yang mesti kau patuh.”

Han terlopong. Eh! Semenjak bila ada peraturan ni. Haih! Mesti kerja nak buli si Afiqah ni. Afiq..Afiq. Dah lah nama pun nak dekat sama.

“ Erk.. apa dia?”

Afiq bangun daripada duduk. Dia berjalan ke arah mereka berdua dengan senyuman sinis.

“ Pertama. Kau dilarang pakai cantik-cantik dalam studio ni. Kerja kau ambik gambar je kot. Bukan nak tarik perhatian orang.”

Han katup mulut. Dia tahan gelak. Okay! Kawan aku ni dah gila gamaknya. Manakala Afiqah terlopong. Dia tunduk memandang pakaiannya. Apa yang dia pakai hari ni cukup simple. Baju kurung dengan tudung bawal berwarna hitam. Tu je.

“ yang kedua. Kau dilarang bermasam muka depan aku.”

Kali ni Han terus menoleh ke arah lain. Dia dah tak tahan. Tawanya dah hampir meletus. Tapi Afiq ni boleh selamba badak je cakap macam tu. Afiqah pula dah rasa nak tumbuk-tumbuk muka bos dia ni. Gila ke apa?

“ Ketiga. Kau dilarang bawa masuk lelaki ke dalam studio ni terutama boyfriend. Kalau ada baik kau putus je la. Aku takut dia merana sebab kau. Yalah. Kerja ni bukan tentu. Kejap siang kejap malam kejap outstation.”

Afiqah pegang kepalanya. serius! Tak logik peraturan bos aku ni. Mujur aku tak ada boyfriend. Han pula makin terlopong. Apa kena dengan kawan aku ni?

“ Dan lastly, kau dilarang curi tulang. Nak buat kerja tu buat betul-betul. Kalau aku tahu ada pelanggan lari sebab kau. Kau siap!”

Kali ni Afiqah terus rasa kecut perut. Han pula dah tersengih. Yang ni baru betul. Aku rasa dalam banyak-banyak peraturan tadi, yang ni paling aku setuju dan logik daripada tiga tadi. Haih. Kawan aku ni memang tak betul ke apa pagi ni?

“ Dah. pergi buat kerja kau.”

Afiq kembali duduk ditempatnya. Dia mula fokus akan kerja mengeditnya. Tapi sesaat kemudian dia mula tersenyum. dia sendiri pun rasa kelakar dengan peraturan tadi. Apatah Han. Entah! Dia pun tak tahu kenapa boleh terkeluar peraturan macam tu. Afiq! Kau memang cari nahas! Haha!

Afiqah mencebik. Okay! Sombong gila bos aku ni. plus kerek! Yeah! Tu baru betul. Sabar je la hati.

“ Jangan layan sangat bos awak tu. Dah jom.”

Han sempat tangkap senyuman Afiq. Han tersengih. Tahu sangat niat dia. Nak buli la tu. Tapi sebelum ni tak ada pun dia macam ni. Pelik betul kawan aku hari ni. Haih.

**
Afiqah ralit mengedit foto-foto yang diambilnya tadi. Bila dapat tugas pada hari pertama bekerja, memang seronok tak terkatala jawabnya. Tambahan pula tugasnya menangkap gambar semula jadi. Itu memang kepakarannya. Dia lebih rela ambil gambar macam tu dari ambil gambar orang. Entah! Rasa macam diri dia diperhati. Haha. Pelik!

Jam dikerling sekilas. Dah masuk jam 5 petang. Dah boleh balik. tapi kerja dia banyak lagi tak siap. Dia melihat sekeliling pula. Tak nampak kelibat Han dan Afiq. Keluar daripada tadi tak balik-balik lagi ke. Dah lah dia seorang je dalam studio ni. Haih. Seram!

“ Afiqah!”

Terkejut Afiqah bila namanya tiba-tiba dilaung. Kerjanya mengedit terus terbantut. Dadanya diurut perlahan gara-gara terkejut. Tak mahu dirinya kena sekeh, cepat-cepat dia keluar daripada tempat kerjanya dan melangkah ke depan studio. Ya! Itu dia orang yang melaung nama dia. siapa lagi kalau bukan bos.

“ Ye bos.”

Afiq yang tengah menyusun barang atas meja menoleh sekilas ke arah Afiqah. Han pula sibuk buat kerja dia.

“ Kenapa kau tak balik lagi? Jangan buat rajin sangatlah.”

Afiqah sempat menjeling ke arah bosnya tu dengan geram. Biarlah aku nak balik lambat pun. Tak kacau hidup dia pun. Aku kerja bukan duk saja. Ngek!

“ Kerja tak siap lagi.” Jujur Afiqah.

Afiq mengerling telefon bimbitnya yang berada atas meja itu. Bila nampak nama di skrin, terus dia merengus geram. Tak habis-habis kacau aku.

“ Balik lah. Kerja awak sampai pukul 5 je. esok boleh sambung. Han! Make sure dia balik. Aku keluar kejap.”

Belum sempat Afiqah nak menjawab, Afiq terlebih dahulu keluar daripada studio itu. Buatkan Afiqah terpinga-pinga. Han pula yang sedar reaksi Afiq itu tersenyum hambar. Dia mendekati Afiqah yang blur tu.

“ Awak balik lah. Jangan risau bos awak tu baik.”

“ Tapi kenapa dia tergesa-gesa keluar tadi?”

“ Susah nak explain. Dah lah awak pergi lah balik. risau pula family awak nanti. Jumpa awak esok.”

Belum sempat Afiqah nak soal banyak, Han terlebih dahulu ke meja kerjanya. Akhirnya Afiqah hanya menjongketkan bahunya tanda biarlah. Dia tak berhak tanya banyak sebab dia baru dekat sini. baliklah weh. Balik tidur lagi bagus. Kah!

**
“ Aku dah kata jangan ganggu aku lagi! Apa lagi yang kau tak puas hati ha?!”

Perempuan di depannya saat itu benar-benar menguji kesabarannya. Dah banyak kali marah, ugut sampai bagi amaran stop kacau dia. Tapi macam masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sampai dia dah muak dengan semua permainan perempuan di depannya saat itu. Dia rimas!

“ I rindu you. Kenapa you marah-marah I?”

Afiq tersenyum sinis. Tajam dia merenung perempuan di depannya saat itu. Hatinya berombak menahan marah.

“ Kau tak berhak rindu aku! Kau ingat sikit kau isteri siapa sekarang ni?! Tak cukup lagi kau buat aku merana sampai kau kacau aku lagi?!” Jerkahan Afiq kali ini benar-benar mengejutkan perempuan itu.

Afiq meraup wajahnya kasar. Dia dah meninggikan suara. Tapi dia dah tak peduli. Dia benar-benar marah saat ini.

“ You..”

Bila perempuan tu nak capai tangan Afiq. Afiq pantas mengelak. Wajahnya berubah bengis.

“ Kau! Berhenti kacau aku! Aku tak perlukan kau! Cukuplah kau dah buat aku sengsara! Tak cukup lagi ke ha?!”

“ I minta maaf. I nak tebus kesalahan I. I tahu I salah.”

Teresak-esak perempuan di hadapannya cuba meminta maaf. Afiq yang melihat dah menarik senyuman sinis. Serius dia rasa menjengkelkan. Rasa rimas. Dan rasa jijik!

“ Aku boleh maafkan kau kalau kau tak ganggu hidup aku lagi!”

Pantas Afiq memusingkan badannya ke belakang. Dia nak naik semula ke studio. Tapi langkahnya terhenti bila melihat siapa insan yang sedang melihat ke arahnya saat itu. Insan itu pula bagaikan baru tersedar. Cepat saja dia meninggalkan situ dengan bebelan.

“ Kenapa kau pergi dengar Fiqah! Kau cari nahas namanya! Wuargh! Matilah aku dengan bos esok.” Afiqah merungut sambil menepuk dahinya perlahan.

Afiq yang sedar Afiqah sudah berlalu pantas saja kejar langkah Afiqah. Entah kenapa tapi dia nak kejar juga Afiqah.

“ You!”

Dia langsung tidak hiraukan panggilan perempuan tu. yang pasti dia mesti berdepan dengan Afiqah. Afiqah pula makin melajukan langkahnya. Namun, tak lah selaju yang disangkakan bila Afiq sudah berdiri tepat di depannya dengan renungan tajam. Afiqah yang melihat dah terteguk air liur. Kecut perut semu ada.

“ Kau.”

Afiqah pantas tunduk ke bawah. Dia tahu dia akan kena marah.

“ Maaf bos. Saya tak sengaja. Betul! Saya Cuma nak balik. tiba-tiba saya dengar suara bos yang tengah marah. Saya terdengar bos. Saya tak sengaja. Maaf bos!” Bersungguh-sungguh Afiqah meminta maaf sambil tunduk. Dia langsung tak berani bersua muka dengan Afiq. Dia takut.

Afiq yang melihat tersenyum tanpa sedar. Entah kenapa reaksi Afiqah saat ini mencuit hatinya. Rasa marah dia tadi pun makin hilang. Afiqah. Kau comel sebenarnya kau tahu tak?

“ Ikut aku.” Arahan dikeluarkan. Afiqah hanya patuh. Tak mahu kena marah.

Afiq membawa Afiqah ke arah lampu-lampu pokok yang bercahaya. Cuma waktu masih petang. Jadi lampu belum menyala. Di situ juga terdapat kerusi-kerusi untuk orang awam berehat. Afiq mengambil tempat bila ada kosong. Manakala Afiqah hanya tegak berdiri di tepi Afiq.

“ Duduklah. Aku tak suruh kau jadi tugu negara depan aku.”

Afiqah pantas duduk bila dapat arahan. Serius! Dia kecut. Muka bos dia saat ini serius sangat. Takut aku tengok. Tapi bila kena perli tadi geram jugaklah. Sabarkan hati je la.

“ Mesti kau nak tahu siapa perempuan tadi kan?” Suara Afiq sambil tersenyum hambar. Tapi dia langsung tak toleh ke arah Afiqah.

Afiqah tersentak. Tapi dia hanya mendiamkan diri. Dia juga setia tunduk daripada tadi.

“ Dulu kami pernah bercinta. Tapi dalam setahun dua je. Aku kena tipu hidup-hidup. Aku dilayan macam patung. Bila dapat tahu dia dah kahwin. Hati aku ni sakit sangat. Pedih! Perit! Dia ingat hati aku ni batu kot. Selama setahun lebih bercinta, tapi dia tak pernah beritahu apa-apa tentang diri dia yang nak kahwin tu. Aku macam dipermainkan.”

Afiq tersenyum sinis. Walaupun hampir setengah tahun benda tu berlalu, hati dia masih terasa sakit. Luka ni bukan boleh sembuh macam tu je. perlukan waktu.

“ Apa motif dia dekat dengan aku? Kalau dah dia dah ada orang lain kan?”

Afiqah terkedu. Tak sangka bos aku ni ada kisah yang menyayat hati. Tiba-tiba aku rasa simpati pula.

“ Lepas tahu dia kahwin. Aku move on. Aku lupakan dia. Aku cuba buang dia dari hidup aku. Agak dalam 2 bulan jugalah, aku berjaya move on perlahan-lahan. Sampai aku rasa aku dah dapat hidup aku balik. Tapi lepas 2 bulan dia kacau aku balik. Tak henti-henti. Sampai buat aku rimas.”

Afiqah mengerling ke arah Afiq. Melihatkan keadaan Afiq yang stress tu buatkan dia ingin membantu. Dia terasa nak usap bahu Afiq. Nak bagi kekuatan. Tapi, dia berhak ke? Arh! Kau merepek lagi Fiqah!

“ Aku dah jadi benci dia. Tapi aku dah maafkan dia. Sekarang ni aku hanya nak jauh daripada dia je. takkan tu pun dia tak faham?”

Afiq terasa nak tumbuk je sekarang ni. Stress sangat dia rasa. Sampai tangannya menggigil menahan marah. Afiqah yang melihat termangu. Dia tak suka tengok Afiq terlalu marah. Jadi, perlahan-lahan dia mengangkat tangannya dan menyentuh bahu Afiq.

Afiq yang asyik dengan perasaannya itu tersentak saat bahunya disentuh. Tapi dia hanya kaku. Tak bereaksi apa-apa. Hanya fokus pada hadapan.

“ Banyakkan istighfar bos. Kalau stress sangat ambil lah wuduk. Baca Al-Quran. InsyaAllah rasa marah dan benci bos akan hilang. Banyakkan berdoa agar Allah berikan bos kekuatan tu.” Nasihat Afiqah dengan senyuman. Sambil mengusap bahu Afiq. Dia terasa lega bila tengok tangan Afiq dah tak menggigil.

Dalam seminit juga mereka berkeadaan begitu. Bila terdengar bunyi kuat, barulah Afiqah menarik tangannya semula dan pandang ke hadapan. Dalam hati dia tersenyum bila dapat menenangkan Afiq.

Afiq pula dah termangu sendiri. Tak sangka nasihat Afiqah tadi berjaya membuatkan dia menjadi tenang semula. Perlahan-lahan dia menoleh melihat Afiqah. Dia tersenyum. Wajah polos Afiqah tu benar-benar menarik perhatian dia bila pertama kali berjumpa. Dia sendiri pun tak faham.

“ Afiqah. Thanks.” Ucap Afiq ikhlas. tak lupa juga senyuman dia tu.

Afiqah yang mendengar ucapan itu hanya tersenyum. Dia hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh ke arah Afiq. Dia juga terasa bahagia bila dapat buat Afiq bahagia. Eh! Dah kenapa?

**
“ Afiqah! Edit ni!”

“ Afiqah! Angkat ni ke dalam.”

“ Afiqah! Client datang ni!”

Afiqah. Afiqah. Afiqah. Tak habis-habis nama dia diseru sehari itu. Dan tak habis-habis dia dikerah buat macam-macam. Siapa lagi kalau bukan bos tersayang tu. Tersayanglah sangat. Sampai letih dibuatnya.

Dia menyembamkan mukanya pada meja. Rasa nak tidur je. Mana taknya. Sehari ni dia buat kerja tanpa henti. Ingatkan selepas hal semalam tu bos dia dapat lah bertolak ansur sikit. Baru terasa nak puji semalam. Tapi bila pagi dah dapat layanan macam sebelum ni. Tak jadi terus.

“ ingat aku ni robot ke apa?” rungutnya tak puas hati.

Dia mendongak dan meletakkan mejanya atas kepala. Matanya melihat ke arah Han dan Afiq yang sibuk buat kerja. Bos aku ni handsome. Bukan tak handsome. Rajin bukan tak rajin. Tapi kalau dia selalu senyum kan bagus. Kalau dia macam Han tu kan elok. Ni tak. Arah itu ini. bukan reti nak cakap lembut-lembut. Ergh! Menyesal aku puji kau semalam. Rasa nak sekeh je kepala kau bos!

“ afiqah!”

Afiqah meraup wajahnya kasar. Terus dia berdiri tegak. Apa lagi la bos aku nak ni! Haish! Sabar. Ini kerja.

“ Ya!”

Dia pantas bangun dan menuju ke arah mereka berdua.

“ Esok ikut aku jumpa client. Aku nak kau yang ambil gambar diorang. Mereka nak buat pre wedding.”

Terlopong terus Afiqah bila dengar arahan bos nya tu. What? Seriously what? Aku tak salah dengar ke?!

“ A..apa bos?” Soal Afiqah lagi untuk kepastian.

Han yang melihat reaksi Afiqah tu tersengih. Mesti dia terkejut sebab Fiq suruh dia buat kerja ni. Selalunya kerja ni diberikan pada seseorang yang dah pakar. Aku tahu mesti Fiq dah berikan kepercayaan sepenuhnya pada awak Afiqah. Jangan hampakan dia.

Afiq yang pelik dengan pertanyaan Afiqah menoleh ke arahnya sekilas. Dia menjongketkan keningnya.

“ Kau pekak ke?”

Afiqah tersengih kerang busuk.

“ Untuk kepastian.”

Afiq tersenyum sinis.

“ Ikut aku jumpa client. Untuk pre wedding. Aku nak kau yang buat semuanya esok. Dah blah!”

Afiqah hanya menganggukkan kepalanya dan pusing badan ke belakang. Bila dah pusing, dia terus mempamerkan riak muka yang sangat teruja. Tak lupa juga dengan senyuman lebarnya tu. Ikutkan hati nak je jerit dekat studio ni. tapi nanti kena pula dengan bos tu. Wuargh!!! Tak sabarnya!

“ Cepat betul kau percayakan dia?” Suara Han dengan senyuman kecil.

Afiq terdiam.

“ selalunya bukan mudah kau nak bagi kerja ni pada sesiapa. Even aku pun susah tau nak dapat.”

Afiq hanya buat muka selamba. Dengan perlahan dia menjawab.

“ Dia buat aku percaya dia. so aku bagi je la.”

Han yang mendengar dah dapat agak sesuatu. Dia tersenyum lagi. bahu kawannya itu ditepuk.

“ I know you’re fall in love again. I’m right?”

Terus Han berlalu meninggalkan Afiq dalam keadaan yang terpinga-pinga.

“ He said what?”

Han tertawa kecil bila dapat tangkap ayat Afiq. Kau sendiri tak sedar Fiq. Aku harap kali ni cinta kau takkan dikhianati lagi.

**
Klik! Klik! Klik!

Hampir sejam Afiqah mengambil gambar bakal pengantin di depannya saat itu. Dan alhamdulillah. Tugasnya berjalan dengan lancar. Dan dia lega bila bos dia tak komen banyak. Bakal pengantin pun suka dengan hasil kerjanya. Lagilah dia seronok.

“ Terima kasih dik. Abang dan tunang abang suka. Nanti masa kami kahwin abang nak adik ambil gambar kami juga. Boleh?”

Afiqah terlopong. Dia mula melonjak dalam hati. What? OMG! Ini yang aku tunggu-tunggu selama ni.

“ Sama-sama bang. Yang tu kena tanya bos saya dulu. Saya tak berani nak bagi jawapan.” Jawab Afiqah dengan sengihan. Dia sempat kerling ke arah Afiq yang tengah berbual dengan rakan kerjanya yang lain itu.

“ Tak apa. nanti abang bincang dengan bos kamu. Kami pergi dulu.”

Usai saja mereka berlalu, Afiqah kembali melihat hasil kerjanya dalam kamera dia. Dia tersenyum lebar. Sukanya! Tak sangka dia dapat ambil gambar secantik ni. Yeah! Nak tunjuk dekat umi la nanti. Mesti umi bangga. Kah!

“ Afiqah!”

“ ya!”

Bergegas Afiqah melangkah ke arah Afiq. Kameranya disimpan kembali ke dalam beg. Takut rosak dan hilang. Menangis tak berlagu la dia.

“ Dua minggu dari sekarang prepare diri kau.”

“ For?” Blur Afiqah menyoal.

Afiq kerling sekilas ke arah Afiqah sebelum membelakangi dia.

“ For photoshoot wedding.”

Terus dia berlalu dengan senyuman. Dia tahu Afiqah mesti tengah teruja dan terkejut saat ini.

“ Ha?”

Bila dia dah dapat hadam apa yang bos dia maksudkan. Terus dia terlompat. Gembira sangat dah tu. Nasib tak ada orang nampak. Dia tersengih. Malu! Tapi yeah!!! Dapat photosoot wedding. Ini yang aku tunggu-tunggu. Thanks bos!

“ One thing!”

Afiq kembali mendekati Afiqah yang tengah tersengih itu.

“ Yes bos?”

“ Jadi partner aku untuk satu majlis hujung minggu ni. No excuse!”

Barulah dia memusingkan badannya semula ke depan. Dalam hati hanya Allah saja yang tahu betapa berdebarnya dia saat meminta Afiqah jadi partnernya nanti. Argh! Aku ni dah kenapa? Serius ke aku dah jatuh cinta dekat dia? Impossible la!

Afiqah melihat langkah Afiq yang dah berlalu tu dengan terpinga-pinga. Tiba-tiba rasa malu menerpa. Bos ajak aku jadi partner dia? Kenapa? Okay! Aku dah kenapa sengih lagi lebar ni?

“ Bos ni suka buat surprise kan?” Ujarnya pada diri sendiri.

Lastly mereka berdua tersenyum bahagia mengingatkan sikap masing-masing tadi. Malu tapi mahu. Hahaha.

**
Kring! Kring!

Baru nak lilitkan selendang, telefon bimbitnya tiba-tiba berbunyi. Apa lagi cepat-cepatla dia jawab bila nama bos yang ada di skrin.

“ Helo bos! Dah sampai ke? Kejap. Lagi 5 minit.” Sergah Afiqah tanpa sempat dengar suara Afiq dulu.

“ Kenapa yang kalut sangat ni?”

Afiqah tersengih bila kena marah. Tak la marah Cuma kena soal dengan rasa geram maybe? Haha.

“ Excited plus takut. Saya tak pernah hadir majlis korporat macam ni bos.”

Jujur Afiqah dengan sengihan kekok. Nasib baik la bos tak ada depan mata aku sekarang ni. kalau tak buat malu je lah!

“ Rileks lah. Bukan orang nak makan kau pun. Majlis je kot. Makan-makan. Buat biasa je. Aku on the way ni. cepat sikit. Bye.”

Eh! Eh! Tak sempat balas dah letak? Afiqah merengus geram. Bos aku ni kan! Sabar je lah.

“ Afiqah! Bos kamu dah sampai ni.”

Bergegas Afiqah mengemaskan selendangnya buat kali terakhir. Rasa berdebar pula nak berdepan dengan dia sekarang ni. Lagipun aku tak pernah berpakaian macam ni depan dia. selalu tak baju kurung dengan tudung bawal , aku pakai thirst dan seluar jeans. Malam ni aku lain daripada lain. Gaun labuh dengan selendang warna lembut.

“ Okay umi!”

Hentam je la Afiqah! Asalkan aku tahu siapa diri aku. Cewah! Tak mahu buat bos tunggu lama. Bergegas dia ambil beg tangannya dan turun ke bawah. Dia sarungkan kasut tinggi dia yang berinci 3 cm tu lantas menuju ke kereta Afiq.

“ Assalamualaikum bos.” Salam diberi bila dia dah masuk ke dalam kereta. Afiq masih memandang ke hadapan. Tak ada hati nak pandang sebelah.

“ Waalaikumussalam. Nasib kau cepat.”

Afiqah mencebik tanpa Afiq sedar. Macam kau dah lama sampai. Tak sampai 1 minit dah bebel. Nasib aku siap awal. Hish! Sabar Afiqah sabar. Kau ni lah!

Dekat setengah jam jugalah, baru mereka sampai ke destinasi. Afiqah memandang sekeliling. Mak aii! Besarnya rumah. Kalah banglo. Macam istana dah ni. Macam tak layak je aku nak masuk. Erk!

“ Dah jom.” Ajak Afiq lantas keluar daripada kereta. Dia masih tidak tengok Afiqah.

Afiqah keluar bila Afiq dah berlalu. Dalam hati membebel jugalah bila Afiq tinggalkan dia. haish! Dia yang 
ajak, dia yang tinggal aku. Aku sekeh juga kot bos aku ni. Haish!

“ Bos! Tunggu lah kejap!” Laung Afiqah dengan termengah-mengah. Bos aku ni lari ke jalan. Bukan main laju lagi.

Afiq yang geram dengan Afiqah yang lambat pantas menoleh ke belakang. tapi bila nampak saja penampilan Afiqah pada malam itu, dia terus terpaku. Hatinya bagaikan berhenti buat seketika. Terdetik di hatinya yang Afiqah cantik sangat malam itu.

“ Bos?” Afiqah tegur bila bos dia macam terpaku tengok sesuatu. Aik? Takkan aku cantik sangat kot malam ni. sampai bos tak berkelip tengok aku. k! aku perasan. Kah!

Afiq tersedar apabila Afiqah tegur. Cepat-cepat dia tengok ke arah lain. Dia berdehem bagi menghilangkan rasa kekok dan malu. Tak cover langsung kau ni Afiq! Buat malu je!

“ Jom. But..”

Afiqah yang baru nak melangkah tak jadi bila bos dia nak kata sesuatu.

“ Apa bos?”

“ Just don’t stay away from me.”

Mulalah Afiqah nak tarik senyuman lebar. Hatinya berbunga-bunga. Akhirnya dia hanya menganggukkan kepalanya. nasib bos aku handsome malam ni dengan tuxedo dia tu. Kah!

“ Hai Raja Afiq. Lama tak jumpa kau.”

Afiqah terkedu. What? Raja Afiq? Ya Allah!

“ Kau pun. Lama tak nampak.”

Afiqah mula rasa nak rebah. Dia juga mula rasa nak nangis. Seri di wajahnya dah hilang selepas mendengar nama tu. Nama yang dah lama tertulis dalam hatinya satu ketika dahulu. Adakah bos aku ni orang yang sama? Ya Allah!

“ Kau tak nak kenalkan ke siapa sebelah kau tu?”

Afiq tersengih. Baru sedar ada orang di sisi. Dia menoleh sekilas ke arah Afiqah.

“ Ini partner aku. Afiqah.”

Afiqah memberikan senyuman hambar pada tetamu. Serius. Dia rasa nak lari dari sini.

“ Oh. I see. Jom lah masuk.”

Afiqah sempat tarik lengan Afiq sebelum Afiq masuk ke dalam.

“ Kenapa ni?” Afiq dapat kesan riak Afiqah yang muram. Tak macam masa mula-mula masuk tadi.

“ Saya nak ke tandas kejap. Bos masuk la dulu.”

Terus Afiqah melangkah meninggalkan Afiq terpinga-pinga. Laju kakinya melangkah meninggalkan kediaman itu. Tanpa dapat ditahan, air matanya mengalir laju ke pipi. Agak dah jauh barulah dia berhenti berjalan dan terus dia duduk cangkung sambil menangis.

“ Kenapa kau baru muncul Afiq?! Kenapa?”

Teresak-esak dia menangis sampai sembap bawah matanya. Puas di seka tapi air mata tetap turun ke pipi.

“ Kenapa mesti selepas aku lupakan kau muncul balik? Kenapa?”

Bibirnya diketap kuat. Nak saja dia meraung kat sini. Tapi dia tak nak orang tahu. Lagipun dia belum jauh daripada kediaman orang kaya tadi.

“ Aku benci kau Afiq! Aku benci kau!”

“ Afiqah?”

Huh! Afiqah pantas menyeka air matanya saat dirinya telah disedari. Tapi suara tu bukan suara Afiq. Bila dia toleh ke belakang. Dia terkejut apabila Han yang menegurnya. Han tengok dia dengan kerutan di dahi.

“ Hey? What’s wrong? Kenapa awak nangis sorang-sorang kat sini?”

Afiqah tersenyum hambar. Dia membuat gelengan.

“ Kenapa awak tak cakap nama penuh bos?”

Han terdiam. Dia tak faham.

“ Kenapa? Apa yang terjadi?”

Afiqah tertawa sinis.

“ Han. Saya nak berhenti kerja. esok saya tak datang. Dan cakap dekat bos awak tu. terima kasih untuk segala-galanya. Dan..”

Afiqah menarik sesuatu keluar daripada beg tangannya dan menghulurkan pada Han. Han yang tengok dah mula rasa lain. Dia langsung tak faham.

“ Apa ni?”

“ Bagi benda ni dekat bos awak. cakap dekat dia terima kasih banyak-banyak sebab dah banyak buat saya menangis sebelum ni. And tell him. I hate Raja Afiq. Forever!”

Terus dia berlalu meninggalkan Han dengan benda yang dia dah tak mahu simpan atau hatinya lebih terluka. Maafkan saya Han. Maaf.

**
“ Nah!”

Afiq yang sedang tercari-cari kelibat Afiqah daripada tadi terus tersentak saat Han menghulurkan dia sesuatu. Afiq tengok dengan kerutan di dahi.

“ Apa ni weh?” Soal Afiq.

Tajam Han merenung Afiq. Kotak yang dia pegang diletakkan di depan Afiq.

“ Kau buka dan kau akan tahu.”

Afiq terdiam. Kenapa Han nampak tegang? Tak mahu tegangkan suasana dia membuka kotak itu. bila melihat isi di dalam, hatinya terus tersentak.

“ Dulu aku diam sebab aku ingat kau tak ada kaitan dengan dia. Aku ingat kau dah jujur dengan dia. Aku ingat kau anggap dia kawan je.Tapi bila dia suruh aku bagi benda ni dekat kau. Fahamlah yang kau pernah bagi harapan dekat dia. Then kau tinggalkan dia macam tu je! Apa jenis lelaki kau ni ha?!” Farhan mula membentak. Dia memang betul-betul marah.

Afiq terkedu. Tangannya menggigil cuba mencapai origami burung yang ada tertulis ‘ I Love You NA ‘. Serentak itu air mata jantannya mengalir turun ke pipi.

“ Aku tak sangka kau sanggup permainkan hati dia Fiq! bertahun-tahun dia tunggu kau balik. tapi apa yang kau buat? Kau hancurkan hati dia? Kau tinggalkan dia terkapai-kapai?”

Afiq meletakkan semula origami tu ke dalam kotak dan menggenggamnya erat. Pantas dia bangun dan mencengkam bahu Han.

“ Dia dekat mana Han? Dia dekat mana?!” Jerit Afiq gara-gara tak tahan.

“ Baru sekarang kau nak cari? Patutlah bila pertama kali aku jumpa dia, aku macam kenal. Rupanya…” Han tergelak sinis.

Afiq meraup wajahnya dengan riak kesal. Dia menggelengkan kepalanya.

“ Kau tak tahu cerita sebenar Han. Kau tak tahu! Dekat mana dia ada sekarang Han? Cakap!”

“ Dia dah balik. kalau kau betul masih cintakan dia. tolonglah. Tolong kejar dia. atau kau akan menyesal buat kali kedua.”

Terus Han berlalu meninggalkan Afiq yang sedih itu.

“ Tak! Aku tak nak kehilangan dia lagi!”

**
Puas dia berjalan. Rasanya dah dekat 1 km. Barulah dia berhenti buat seketika. Letih! Dengan air mata tak habis-habis mengalir. Dengan pakai kasut tinggi. Menyesal pakai kasut ni tadi. Dengan gaun labuh mencecah lantai. Menyesal pakai!

“ Kenapa baru sekarang?”

Terhambur keluhan kecil daripada bibir Afiqah. Terbit juga senyuman tawar pada bibirnya. Bila ingat balik apa dia cakap dekat Han. Dia terasa terkilan dengan diri dia. Benci Afiq? Tak mungkin. Susah untuk dia bencikan Afiq. Cuma dia marahkan Afiq. Dia tak boleh lupa apa yang Afiq janjikan pada diri dia satu ketika dahulu. Bila bertemu dia pula lupa wajah aku. Aku tak ingat lainlah sebab time tu Afiq tak setegap sekarang. Dulu Afiq kurus kering. Bercermin mata. Gelap.

Dia tersenyum bila mengingatkan wajah Afiq dulu. dia je yang tak berubah. Masih sama seperti dulu. Hati ni pula degil berharap. Last-last kecewa. Padan dengan muka kau Afiqah!

“ Afiqah!”

Huh! Afiqah terkedu. Okay! Itu suara yang dia nak elak sangat-sangat. Cepat-cepat dia bertindak melarikan diri. Kasut tinggi dia ditanggalkan dan dia berlari sambil pegang kasut tinggi dia tu. Tapi malangnya, gara-gara kalut sangat. Kasut dia terjatuh. Dua-dua pula tu.

“ Arh! Lantaklah! Aku boleh beli lain!”

Dia teruskan larian bila sedar Afiq makin dekat. Tak! Aku tak nak jumpa dia! tak nak!

“ Afiqah! Stop!”

Makin laju Afiqah lari makin laju juga Afiq mengejar. Sampai naik lelah Afiqah dibuatnya. Dia perempuan. Afiq lelaki. Memang dia akan kalah la jawabnya. Akhirnya, Afiqah tewas bila Afiq berjaya meraih lengannya. Tapi Afiqah lebih pantas rentap kembali. Dia rasa benci tengok muka Afiq sekarang ni.

“ Afiqah..”

“ Kau nak apa?”

Afiq tersentak bila panggilan bertukar kasar. Tapi dia sedar semuanya berpunca daripada dia.

“ A..aku tak tahu. Aku minta maaf.”

Afiqah tersenyum sinis.

“ Laa. Nak minta maaf kenapa? Memang bukan salah kau pun kan?”

“ Fiqah..”

“ Aku tak sangka. Raja Afiq yang aku sayang dan harapkan dulu akhirnya lupakan aku macam tu je. 15 tahun Afiq! 15 tahun aku tunggu kau datang. Aku harap sangat sampai semua lelaki yang nak kenal dengan aku, aku tolak! Sampai umi geram dengan sikap aku yang tolak pinangan orang. Tapi kau? Kau boleh lupa aku macam tu je? Aku ni siapa  bagi kau dulu ha? Kalau aku ni tak penting dan boleh buat kau lupa. Kenapa kau bagi aku harapan?! Ha?!”

Air matanya mengalir lagi. bibirnya diketap kuat. Dia letih. Letih sangat bila terpaksa hadapi benda ni lagi. Dia sangat letih!

“ Maafkan aku. Aku sedar salah aku. Tapi aku takut Fiqah. Aku takut!”

Afiqah tersentak bila Afiq mengalirkan air matanya depannya. Dia tak sangka Afiq sanggup rendahkan egonya demi dirinya. Ya Allah!

“ Aku takut kalau kau tak dapat terima aku. Aku takut kalau aku muncul semula kau dah ada orang lain. Kau ingat aku tak sakit ke? Kau ingat aku tak rindu ke? Setiap malam aku cuba ingat apa yang aku dah buat dekat kau. Janji aku pada kau. Sampai aku rasa aku tak patut bagi kau harapan. Kau tahu tak aku pendam semuanya seorang diri! Sampai aku paksa diri aku lupakan kau.”

Afiq terus jatuhkan lututnya depan Afiqah. Air matanya makin laju mengalir ke pipi. Dia kesal dengan dirinya. Kesal sangat.

“ Jujur. Aku sayangkan kau dulu. Aku tahu aku kejam sebab bagi kau harapan. Maafkan aku. Tapi sekarang aku mengaku. Aku dah jatuh cinta balik dengan kau. Semenjak pertama kali kau bekerja dengan aku.”

Afiqah tergamam. Tak! Tak! Aku tak percaya!

“ Aku takkan percaya kata-kata kau lagi. Tak.”

Terus Afiqah memusingkan badannya ke belakang. Dadanya yang berdebar disentuh. Tak! Jangan! Jangan cintakan aku Afiq! Aku benci kau!

“ I love you Afiqah! Please!”

“ No!”

Dia kembali berpatah balik dan berdiri tepat di hadapan Afiq. Mata mereka merah gara-gara menangis. Masing-masing penuh dengan kesedihan.

“ Kenapa kau buat aku macam ni Afiq?”

Perlahan-lahan Afiqah duduk melutut depan Afiq. Afiq menggelengkan kepalanya.

“ I’m sorry. I’m so sorry. Please. Jangan pergi. Aku terlalu takut kehilangan kau buat kali kedua.”

Afiqah mengangkat tangannya tinggi. Gaya macam nak tampar. Afiq yang sedar dirinya ingin ditampar tersenyum hambar dan menutup matanya.

“ Tampar lah aku Afiqah. Aku rela. Demi kemaafan kau.”

Afiqah mengetap bibirnya kuat. Tangannya terketar-ketar. Tanpa kata dia terus tarik lengan Afiq agar berdiri. Afiq yang melihat reaksi Afiqah tersentak. Tapi dia bangun juga apabila lengannya ditarik.

“ Aku tak sanggup tampar  orang yang aku sayang.”

Afiqah menarik senyuman kecil. sapu tangan yang berada dalam begnya diambil dan dia mengelap lembut air mata Afiq. Penuh dengan kelembutan sampai hatinya berdebar kembali. Afiq yang melihat terkedu. Dia tak sangka Afiqah sudah tidak marah akan dirinya.

“ Fiqah.”

Tiba-tiba lengan dia dipegang Afiq. Terhenti terus perbuatan Afiqah untuk mengelap air mata Afiq. Kini mereka saling berpandangan.

“ Kahwin dengan aku?”

“ Afiq.”

**
“ Weh! Apa ni? Rapat la sikit. Takkan lah malu-malu kucing lagi kot.”

Afiq rasa nak sekeh je kepala Han saat ni. Afiqah pula dah tahan gelak tengok reaksi Afiq. Han pula dah tersengih tanpa rasa bersalah. Tanpa kata, Han terus tolak bahu Afiq agar bersentuh dengan bahu Afiqah. Bila dah rapat mereka berdua terdiam terus.

“ Ha! Kan sweet macam ni. Okay tengok sini. senyum!”

Afiqah menarik senyuman yang paling manis buat dirinya saat melihat kamera Han. Afiq pula ambil keputusan untuk tengok wajah Afiqah yang berseri-seri itu daripada tengok kamera Han.

“ Wow! Sweet sangat ni!”

Afiqah mengerutkan dahinya. Cepat-cepat dia bangun daripada birai katil dan menuju ke arah Han. Nak tengok gambar tadi.

“ Nak tengok!” Pinta Afiqah lantas mengambil kamera Han. Han tersengih dan tunjukkan pada Afiqah.

Afiq pula boleh buat bodoh. Dia boleh tengok telefon bimbitnya daripada tengok reaksi Afiqah.

“ Sweet kan?” Soal Han bila dapat tangkap reaksi Afiqah yang terkedu tu. Hehe.

Afiqah mendongak melihat ke arah suaminya itu. terbit senyuman kecil pada bibirnya. Oh! Curi-curi tengok aku erk? Takpa. Tunggu!

“ Han.”

Dia menghulurkan kembali kamera kepada Han dan mula berbisik sesuatu pada Han. Han yang menerima bisikan itu menarik sengihan. Matanya dikenyitkan pada Afiqah tanda suruh percayakan dia. Afiqah kembali duduk di sisi Afiq tanpa sebarang kata.

“ Bro! sekali lagi. cepat!”

Afiq mengeluh kecil. Tak sukanya. Dia suka ambil gambar orang tapi dia tak suka bila diri dia ada dalam kamera. Dengan malasnya dia pandang ke arah kamera. Senyuman yang tak berapa nak senyuman tu diberikan pada Han. Manakala Afiqah dah bersedia.

“ Okay! Ready?”

Bila Han dah mula kiraan sampailah 3. Pantas Afiqah mengucup pipi Afiq. Then, dia terus pandang ke hadapan dan buat-buat biasa. Dalam hati dah gelak sakan. Jahat! Han pula tunduk tengok kamera. Terdetik di hatinya sweet. Mereka memang ditakdirkan bersama.

Afiq pula dah terkedu habis. Pipinya tiba-tiba menjadi mangsa. Dadanya terus berdebar-debar. Aduh mak! Isteri Afiq nak goda Afiq ke apa ni?

“ Amacam Han?” Soal Afiqah dengan sengihan nakal.

“ Sweet doh! Cantik!”

Mereka berdua toleh sekilas ke arah Afiq yang terdiam tu. tak lama kemudian mereka berdua terus hamburkan tawa. Kelakar sangat tengok reaksi Afiq. Afiq yang baru tersedar dirinya dipermainkan pantas menjerit geram.

“ Han!”

**
15 tahun yang lalu. Masa Afiq dan Afiqah berumur 10 tahun.

“ Awak.”

“ Ya saya?”

Afiqah menarik muka masam. Dia sedih bila Afiq dah nak pindah. Baru setahun mereka berkawan. Dan tak sampai setahun juga dia dah mula suka Afiq. Afiq dah nak pergi tinggalkan dia.

“ Awak tak sedih ke nak tinggalkan kampung ni?” Soal Afiqah.

Afiq tersengih kerang busuk. Bahu Afiqah ditolak perlahan.

“ Ke awak yang sedih bila saya pergi?” Dengan jongketan di kening Afiq menyoal.

Afiqah mencebik. Orang tanya dia. dia tanya kita balik. sengaja!

“ Okay fine! Saya sedih.”

“ Alolo. Janganlah sedih. Tak comel lah kawan saya ni.”

Afiqah tak jadi merajuk bila Afiq memujuknya. Dia pandang ke hadapan. Haih. Kejapnya masa berlalu.

“ Afiqah.”

“ Hmm?”

“ Awak sudi tunggu saya tak?”

Afiqah tersentak. Pantas dia kembali menoleh ke arah Afiq yang tengah tersenyum tu.

“ maksud awak?”

“ Tunggu saya? Tunggu sampai saya datang sini balik. masa tu saya akan kahwin dengan awak.”

Tiba-tiba Afiq menghulurkan origami burung kepada Afiqah. Afiqah menyambutnya dengan tangan yang terketar-ketar. Dia tengok Afiq dengan renungan tak percaya.

“ Afiq..”

Afiq tersenyum lebar. Dia tengok origami burung tu dengan seribu harapan.

“ Jangan hilangkan. Saya akan tuntut balik nanti.”

Afiqah tunduk tengok origami tu dengan perasaan sebak. Dia perasan ada tulisan tepi sayap burung origami tu.

I love you NA

Dan Afiqah terus menitiskan air mata. Serius! Dia ingat Afiq hanya anggap dia kawan.

“ Awak janji?”

“ Saya janji. Saya akan balik. Tunggu saya tau.”

Afiqah mengangguk lantas mereka sama-sama menoleh ke hadapan semula. InsyaAllah.

**
“ Sayang?”

Afiqah tersedar daripada lamunan saat Afiq memanggil lembut. Dia kembali simpan origami burung tu ke dalam kotak dan diletakkan ke dalam laci. Dia tersenyum sebelum melangkah keluar dari bilik.

“ Ye bang?”

Afiq tengah tekun siapkan kerja mengedit gambar pengantin. Ingatkan cuti seminggu tak ada kerja nak dibuat. Tapi baru sehari cuti dah ada kerja. Sabar je la. Nasib baik Han ada pembantu dekat studio. Kalau tidak kesian Han kena buat sensorang.

“ Abang haus la. Tolong buatkan abang milo?”

Afiqah tersenyum lantas mengangguk.

“ Thanks sayang.”

Afiq kembali fokus pada kerjanya. Sampai tak angkat muka langsung. Tangannya pula meraba-raba mencari pensel untuk tulis sesuatu. Tapi dia tersentuh sesuatu. Dia menoleh ke sisi laptop. Dan senyumannya terukir saat dia tersentuh frame gambar perkahwinannya dengan Afiqah.

Gambar di mana Afiqah mengucup pipinya dan dia merenung Afiqah. Dalam banyak-banyak gambar. Dua gambar tu paling menarik. Dan semua ni kerja Han. Pandai dia edit sampai jadi satu frame. Afiq tersenyum lagi.

“ Abang. Nah.”

Afiq menyambut huluran Afiqah dan meletakkan di atas meja. Dia mula memusingkan badan ke arah Afiqah. Dia mencapai tangan Afiqah dan mengucupnya perlahan. Afiqah tersenyum.

“ I don’t know if I lose you.” Ucap Afiq lembut.

“ I don’t know if I don’t see you again.” Sambung Afiqah pula dengan senyuman.

“ I don’t know what I want to do if you don’t choose me as your husband.”

“ I don’t know what I want to do if I don’t accept you as my husband.” Sambung Afiqah pula.

Afiq terdiam. Dalam dia merenung mata isterinya itu. tanpa kata, dahi isterinya dikucup penuh lembut sampai membuatkan Afiqah sebak.

“ I love you dear.”

“ I love you to.”

Tubuh isterinya ditarik ke dalam pelukan. Hanya Allah saja yang tahu betapa dia bersyukur selepas Afiqah menerimanya kembali. Dia tak dapat bayangkan kalau dia terpaksa terima jawapan negatif.

“ Abang. Jangan pergi lagi tau?”

“ No. abang takkan tinggalkan isteri abang lagi.”

Afiqah tersenyum. Dia terharu. Tambah-tambah dia tertengok frame gambar perkahwinannya itu. Tergelak dibuatnya. Afiq yang hairan melihat Afiqah tergelak itu pantas meleraikan pelukan.

“ Apa yang lawak sayang.”

Afiqah mencapai frame gambar itu dan mengerling Afiq. Afiq memaut bahu Afiqah dengan jongketan di kening.

“ Ada hati curi-curi tengok kita konon.”

“ Ada hati cium pipi kita konon.”

Tanpa dapat ditahan, akhirnya mereka melepaskan tawa bersama-sama. Yang pasti kebahagiaan ini milik mereka bersama. Cinta photographer ke cinta origami ni? Yang mana-mana pun boleh asalkan hati mereka bersatu kembali. Sekian.

~Tamat~